Dementia at its point.
==========================
I HOPE THAT I GET OLD BEFORE I DIE
by Roget
Dr. Ralph Roget mengetuk pintu, gaya shave-and-a-haircut. Begitulah caranya mengetuk saat dia masih kecil, datang bersama Ibu untuk menemui kakek dan neneknya. Itu juga satu-satunya cara bagi Direktur Gillespie - yang sekarang sudah pensiun - untuk mengenali siapa yang mengetuk pintu, dan datang untuk membukanya.
Dia membukanya, sesaat setelah renungannya berakhir. Wanita tua kecil, sedikit bungkuk, namun dia masih memiliki wajah ramah yang bisa Ralph ingat tersenyum saat lengannya mengangkat Ralph. Wajah Shirley Gillespie menjadi cerah saat dia melihat cucunya di ambang pintu.
“Ya Tuhan! Sangat senang melihatmu… silahkan, silahkan, masuklah… kau jadi tinggi sekali!” Dia terkekeh bahagia, dengan lembutnya menarik lengan Ralph untuk mengantarnya ke dalam kamar. Apartemen utama tsb kecil dan polos, dengan satu set televisi antennae-box, kursi tangan yang sangat lembut, dan kursi kecil di sebelahnya. Di bagian pojok, terdapat pohon natal palsu. Mata Ralph terus tertuju ke pohon tsb.
“Kakekmu dan aku mengangkatnya kemarin pagi. Pohon yang indah, bukan? Bob bilang dia akan mendekorasinya sesegera mungkin.”
Ralph mendesah. Rumah tsb telah menaruh pohon di kamarnya, seperti di kamar-kamar lainnya. Pohon itu merupakan pohon plastik murahan, tanpa dekorasi, dan tampaknya daun-daun tsb benar-benar AstroTurf. Dia tersenyum ke arah neneknya, dan mengangguk. “Sangat bagus. Apa nenek yang mengangkatnya?”
“Ya, ya...” Sang nenek menatap wajah Ralph sebentar, tersenyum. “Kau jadi tinggi sekali, sayang. Kau harus berdiri di samping Bob saat dia pulang.”
“Akan, Direktur.” Ralph tersenyum ke arah neneknya. Sang nenek biasanya merasa terganggu saat Ralph memanggilnya ‘Direktur’. Dia terus membayangkan soal bagaimana dia akan pensiun untuk menjauh dari formalitas yang membosankan, dan dia mau untuk hanya jada nenek dari sekarang. Sekarang? Dia hanya tersenyum dan mengangguk, dengan penggalan kata yang riang dari cucunya.
“Bagaimana di tempat kerja? Apa kau berteman dengan David” Dia mengambil penampan tua berisi kue, dan menaruh mereka di atas lantai di antara mereka.
“Tidak. Da tidak bekerja di Site-77 lagi, dan aku belum mendengar kabarnya selama ini.” Ralph tidak tahu siapa itu David. Dia tidak pernah mengenal seorang David. Sepertinya, jika dia pernah mengenal seorang David, Direktur Gillespie kemungkinan besar tidak akan tahu soal itu.
“Itu menyedihkan. Dia anak yang sopan.” Direktur Gillespie menatap ke arah di mana ruangan tsb memiliki jendela. “Kau sudah lihat pohonnya?”
“Ya, sudah.”
Direktur Gillespie menatap kembali ke arah Ralph. “Wah, kau sudah jadi semakin tinggi! Aku harus membandingkan kau dengan Bob saat dia sudah pulang.”
“Kakek tidak akan pulang, Direktur.” Ralph mengunci tatapannya ke arah di mana jendela tsb berada. Dia membiarkan wajah neneknya keluar dari pandangannya.
“Oh… baik, setidaknya dia baik-baik saja,” ujar Direktur Gillespie, tidak bicara kepada siapapun.
“...aku harus pergi. Senang menemuimu.”
Direktur Gillespie tersenyum ke arah cucunya. “Ya, senang kau datang kemari! Bob dan aku senang menemuimu, dan akan kukatakan padanya kalau kau sudah berangkat saat dia sudah pulang.”
“Nenek akan katakan padanya betapa aku sudah tumbuh, kan?” Ralph tersenyum ke arah neneknya.
“Tumbuh?” Direktur Gillespie menatap ke arah cucunya, senyumannya terhenti.
Dr. Roget berdiri, dan berbalik membelakanginya. “Sampai jumpa, nenek.”
Neneknya tersenyum ke arahnya, pengenalan di matanya memudar. “Dadah...”
Dr. Roget melangkah keluar dari apartemen, berjalan keluar dari bangunan tsb, keluar dari kompleks, dan masuk ke mobilnya. Duduk di joknya, dia mendesah.
Dia beranjak dari jalan mobil bersalju dari rumah pensiunan Soft Community Plantations, dan kembali melakukan aktivitas malam hari.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar